Selasa, 20 Desember 2011

Arti seorang ayah untukku...

Sore itu, sepulangku dari kantor aku berniat ingin makan malam di rumah. Mengingat kondisiku juga belum terlalu baik untuk makan di luar. Yahh ternyata menjaga kondisi untuk tetap fit buatku itu tidak mudah. Karena aktifitasku yang lumayan padat setiap hari, terkadang masih saja melupakan yang namanya makan. Sore itu lampu padam, sementara di rumah yang ku huni tidak ada penerangan sedikit pun. Bahkan lilin pun tidak ada.. alhasil gagallah rencanaku untuk makan malam.. Akhirnya aku hanya mandi lalu bersiap untuk berangkat kuliah. Tiba-tiba ayahku menawarkan diri untuk mengantarku kuliah. Ini kali pertama lagi aku mendengarnya menawarkan diri utnuk memboncengi aku naik motor. Setelah beberapa tahun yang silam, mungkin sekitar tahun 2004 ketika itu aku sedang menjalani Paskibra , beliau yang mengantarku setiap subuh. Terharu mendengar tawarannya, akupun langsung mengiyakan.
Pukul 18.35 WIB aku dan ayahku menaiki si motor merah itu, motor kesayangan ayah.. Motornya masih kokoh dan kuat untuk menopang kami, 20 meter motor ini berjalan, saat bersisihan dengan sepeda yang lawan arah.. Ayah tampak goyah mengendarainya.. Apa aku terlihat berat? hmm.. mungkin tidak.. mungkin hanya perasaan aku saja.. aku memperbaiki posisi dudukku, mungkin aku yang miring, pikirku. Ayah memacu motor dengan kecepatan 30 km/jam, di setiap polisi tidur yang kami langkahi, terlihat posisi tubuh ayah yang sudah lemah, tidak sanggup lagi menahan berat badanku yang duduk di belakang.. sesekali motornya akan menabrak pagar pintu rumah orang... Sosok nya yang terlihat tegar dan kokoh ternyata itu hanya di depan saja.. Aku lalu bertanya "Bapak sakit?" ayahku hanya menggelengkan kepala, dan kemudian menjawab "ngga papa ko nduk, santai aja". Lalu aku kembali menyembunyikan wajahku dibalik badannya yang besar, aku memalingkan wajahku..
"Tuhan ternyata dia sudah tua dan lemah... Sementara sampai saat ini aku belum melakukan hal yang berguna dan membanggakan..."
Tak sadar air mataku berlinang dan segera ku usap agar beliau tidak mengetahuinya..
Sepanjang perjalanan kami terdiam, tiada sepatah katapun yang terucap.. Sesekali aku memperhatikan wajahnya dari kaca spion, raut wajah yang tidak muda lagi...penuh dengan pikiran... melihat gerakan kakinya yang sesekali terpeleset, tidak kuat lagi untuk menopang berat badanku... Aku sangat ingin menangis, ingin memeluknya tetapi hati terasa malu dan kaku... Sampai aku tiba di depan kampus lalu aku turun.. Aku menjabat tangannya lalu ku cium sambil bicara dalam hati "maaf atas segala keegoisanku" aku menatap wajahnya dengan sedikit senyuman dan memberikan lambaian tangan.. Lalu kemudian aku membalikkan badan, tak kuasa aku menahan jeritan di hatiku..
Ia tidak ingin terlihat lemah di mata anak-anaknya.. Tanpa mengenal lelah beliau mencari nafkah untuk aku dan adik-adikku.. Hingga waktu liburnya pun tersita untuk mencari uang, pagi hingga larut malam.. bekerja tanpa istirahat.. agar kami tetap bisa merasakan pendidikan yang layak.. Sungguh aku baru menyadarinya..betapa aku bodoh menyia-nyiakan mereka.. Kami dididik untuk menjadi kuat dan mandiri..tidak boleh cengeng dan penakut.. Kekasaran ayah baru dapat aku mengerti saat ini, karena dulu aku yang selalu menentangnya... aku yang selalu melanggar larangannya tanpa aku sadar, bahwa larangannya hanya semata-mata untuk kebaikan kami.. anak-anaknya
"Tuhan..izinkan aku membahagiakannya.."
Entah kenapa, dulu aku sangat membencinya.. Tapi melihatnya semakin lemah, suaranya yang semakin hari semakin parau... kebencian itu berubah menjadi rasa kasih sayang.. Mulai sekarang aku bertekad dengan cara apapun aku harus membahagiakannya..membuat prestasi..berkarya..apapun itu... yang aku inginkan adalah senyum kebahagiaan ayah dan ibu...
Usia yang sudah tidak muda lagi, penyakitnya sudah mulai bermunculan, dan ini saatnya aku yang merawat mereka... tapi aku berharap, mereka diberikan umur yang panjang sehingga bisa melihat anak-anaknya ini menjadi anak yang sukses dan bisa mengabulkan wish list mereka satu persatu suatu saat nanti...

2 komentar:

  1. aduhh jadi sedih juga.....klo aku alhamdulillah uda merasakan ini dari dulu...alhamdulillah ya ani uda merasakan kembali rasa yang sama spt dulu....smg kita bisa membahagiakan mereka ya :)

    BalasHapus
  2. aminn ya robb...
    pengen membuat prestasi supaya bapak dan ibu bangga ya mba..bantu aku :)

    BalasHapus